Kerawanan di Dunia Digital
Kerawanan di Dunia Digital
Saat ini, memang hampir semua peranti
dalam sistem digital dari ponsel, tablet, bahkan peralatan rumah tangga
kita di rumah dapat dikendalikan dengan Web. Namun, peranti tersebut
ternyata memiliki kerentanan berupa kelemahan dan kekurangan yang dapat
ditemukan dan dieksploitasi seseorang.
Berbagai faktor berkontribusi kerawanan pada keamanan teknologi
informasi, yaitu:
- kompleksitas yang melekat pada sistem komputer,
- sejarah perkembangan internet dan Web itu sendiri,
- perangkat lunak dan sistem komunikasi di balik penggunaan telepon, web, sistem industri, dan peranti lainnya,
- kecepatan pengembangan aplikasi baru,
- faktor ekonomi, bisnis, dan politik
- sifat manusia.
Secara umum, kerawanan tersebut dapat dikelompok dalam tiga hal
besar, yaitu: kerawanan pada sistem operasi, kerawanan pada internet, dan
kerawanan pada sifat manusia, serta teknologi Internet of Things.
a. Kerawanan di Sistem Operasi
Salah satu bagian terpenting dari komputer adalah sistem operasi. Sistem operasi mengatur kerja
komputer, mengontrol akses ke perangkat keras, mengatur cara aplikasi
disimpan, dieksekusi, dan dapat digunakan oleh penggunanya. Hal ini
termasuk cara mengendalikan file, perangkat penyimpan, perangkat
masukan, dan perangkat keluaran. Sistem Operasi, seperti Microsoft
Windows, MacOS Apple, dan Linux, semuanya dikembangkan dengan
usaha untuk menyeimbangkan:
a. pemberian fitur kepada pengguna sebanyak mungkin,
b. pemberian kemampuan untuk mengontrol fitur kepada pengguna
sebanyak mungkin,
c. kenyamanan dan kemudahan penggunaan,
d. penyediaan sistem yang stabil, andal, tanpa error, dan
e. penyediaan sistem yang aman.
Pengembangan sistem operasi untuk mengelola perangkat keras seperti komputer, keyboard, mouse, layar sentuh, dan memori, serta koneksi jaringan dan internet, melibatkan ribuan pengembang perangkat lunak, dan semakin kompleks pada perangkat smartphone dengan tambahan fitur seperti kamera, layar multi-touch, pembaca sidik jari, baterai, dan konektivitas nirkabel. Karena kompleksitasnya, kesalahan pada sistem operasi sering terjadi, dan perusahaan perangkat lunak secara rutin memperbarui dengan patch untuk memperbaiki masalah. Namun, Pembaharuan
sistem operasi bahkan menghasilkan file
tambal sulam yang tidak konsisten. Celahcelah keamanan dan tambal sulam inilah
yang kemudian menjadi celah keamanan
yang dapat dimanfaatkan oleh para peretas.
b. Kerawanan di Internet
digunakan sebagai media komunikasi peneliti. Jadi, fokusnya pada akses
terbuka, kemudahan penggunaan, dan kemudahan berbagi informasi.
Banyak sistem awal di internet memang dibiarkan terbuka, tanpa kata
sandi, dan sedikit yang terhubung ke jaringan telepon. Dalam hal ini,
perlindungan sistem terhadap para penyusup memang tidak menjadi
perhatian penting dan bergantung pada kepercayaan penggunanya.
Didesain untuk keterbukaan, internet kini memiliki tiga miliar pengguna
global dan miliaran perangkat yang terhubung dengannya.
Pada 1990-an, pakar keamanan Internet dan Farmer menyelidiki situs web bank, surat kabar, lembaga pemerintah, dan hiburan untuk mengidentifikasi celah perangkat lunak yang dapat dimanfaatkan peretas untuk menyerang atau merusak situs. Dari 1.700 situs yang
diperiksa, ternyata, ditemukan sekitar dua pertiganya memiliki kelemahan
keamanan — dan hanya empat situs yang tampaknya memerhatikan bahwa
seseorang sedang menyelidiki keamanan mereka.
Salah satu area kerentanan di World Wide Web adalah protokol untuk
menemukan jalur terbaik untuk mengirimkan pesan. Ketika seseorang
mengakses situs web tertentu, jalur yang dilalui dapat melewati ribuan
jaringan interkoneksi yang lebih kecil. Pada suatu node yang dilewati,
sebenarnya, node tersebut memiliki informasi jalur terpendek yang selalu
diperbaharui. Namun, kelemahannya ialah tidak ada fasilitas untuk
memverifikasi pembaruan ini.
Hasil daftar yang keliru dapat mengarahkan lalu lintas data militer
AS melalui China, atau China ke Indonesia dan sebaliknya yang dapat
menjadi isu spionase.
Banyak usaha kecil tidak memiliki departemen TI dan
hanya memiliki satu personel yang menangani komputer, perangkat lunak,
dan jaringan komputer di kantor. Perusahaan ini biasanya mengandalkan
perangkat lunak keamanan, anti-malware, yang gratis. Meskipun perangkat
lunak anti-malware gratis memberikan perlindungan, tetapi cakupannya
terbatas, mungkin tidak secara otomatis memindai virus, dan jarang
memberikan pembaruan rutin ke daftar yang diketahui malware.
Banyak situs web bisnis kecil dibuat oleh perusahaan desain lokal atau teman/keluarga pemilik bisnis, dengan keamanan yang sering diabaikan karena situs dianggap sederhana dan tidak menyimpan informasi berharga. Situs-situs ini kemudian menjadi media yang berharga bagi para peretas. Peretas dapat membuat situs web baru yang tersembunyi di situs tersebut. Mereka kemudian menggunakan situs tersembunyi itu untuk meniru situs web bank dalam penipuan phishing, pharming, mengendalikan botnet, atau tujuan jahat lainnya.
c. Kerawanan pada Sifat Manusia dan Internet of Things
Faktor signifikan lain yang menyebabkan lemahnya keamanan adalah
kecepatan inovasi dan keinginan orang akan hal baru yang diproduksi
dengan cepat. Tekanan persaingan mendorong perusahaan mengembangkan produk tanpa mempertimbangkan risiko keamanan, sementara konsumen lebih tertarik pada kenyamanan dan fitur baru, sehingga peretas dan profesional keamanan sering menemukan celah setiap kali produk atau aplikasi baru muncul. Kerawanan pada sifat manusia juga disebabkan oleh ketidak-hati-hatian.
Banyak kejadian pencurian data sensitif yang terjadi karena peranti portabel,
seperti laptop dan ponsel yang dicuri. Hal ini menyebabkan pemikiran
untuk menggunakan proteksi tambahan pada peranti portabel agar tidak
mudah dicuri. Demikian juga dengan keamanan ponsel, tetapi saat ini,
teknologi telah memungkinkan pelacakan ponsel yang dicuri dan melakukan
penghapusan data yang ada pada ponsel tersebut. Ponsel juga dilengkapi
dengan biometrik untuk mengakses piranti seperti wajah, suara, retina mata,
dan sidik jari sehingga pencurian ponsel tidak serta merta mudah mengakses
data yang ada didalamnya.
Saat ini, peranti Internet of Things (IoT) telah mencakup miliaran
perangkat dari ponsel pintar, mobil otonom, lampu dengan sensor di jalan,
CCTV, televisi, DVD, drone pribadi, dll. Sebuah studi oleh Hewlett-Packard
menunjukkan bahwa perangkat IoT rata-rata memiliki banyak kerentanan. Banyak perangkat dengan aplikasi ponsel yang menyimpan informasi pribadi rentan diakses peretas, dan konsultan keamanan menunjukkan bahwa dengan perangkat seukuran laptop, mereka dapat meniru menara telepon seluler (BTS) dan meretas smartphone dari jarak 9 meter untuk menyalin data, memasang perangkat lunak, serta mengendalikan kamera dan mikrofon ponsel. Untuk memperbaikinya, seseorang biasanya perlu untuk mengunduh
dan memasang tambahan aplikasi secara manual.
Komentar
Posting Komentar